Kolaborasi antara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sektor swasta di bidang kesehatan memainkan peran yang sangat penting dalam membangun sistem kesehatan nasional serta memperkuat ekonomi secara merata dan berkelanjutan.
Kesimpulan ini mengemuka dalam diskusi pada BNI Investor Daily Summit 2024, pada Plenary Session 4 bertajuk "Balancing Act: How Indonesia's Economy Must Maximize SOE's & The Private Sector", yang diselenggarakan di Plenary Hall, JCC Senayan, pada Rabu, 9 Oktober 2024.
Hadir sebagai pembicara Direktur Utama PT Medela Potentia, Bapak Krestijanto Pandji; Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Profesor Telisa Aulia Falianty; dan Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019, Bapak Fahri Hamzah. Diskusi dimoderatori oleh Direktur Utama B-Universe, Bapak Rio Abdurrahman.
Profesor Telisa Aulia Falianty menegaskan pentingnya peran sinergi antara BUMN dan swasta dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk dalam sektor kesehatan.
"Ada beberapa sektor yang memiliki potensi besar untuk kolaborasi, di antaranya adalah sektor digitalisasi, energi baru terbarukan, infrastruktur, agrikultur, dan kesehatan," ujar Profesor Telisa.
Kolaborasi di sektor kesehatan dapat diwujudkan melalui produksi alat kesehatan di dalam negeri, pemanfaatan produk obat-obatan hasil biodiversitas Indonesia, pengembangan produksi bahan baku lokal, serta distribusi produk farmasi berstandar internasional yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Berbeda dengan industri farmasi yang 90% produksinya berasal dari dalam negeri, sektor alat kesehatan di Indonesia masih sangat bergantung pada impor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2022, Indonesia mengimpor alat kesehatan senilai US$1,48 miliar.
Untuk mengatasi ketergantungan ini, diperlukan inovasi, riset, serta pengembangan yang berkelanjutan, yang juga membutuhkan investasi besar. Upaya ini penting untuk mewujudkan hilirisasi industri alat kesehatan dan obat-obatan serta memastikan distribusi produk kesehatan yang menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Bapak Krestijanto Pandji menekankan, "Ini merupakan peluang besar bagi pemerintah, BUMN, swasta, dan UMKM untuk berinvestasi bersama dalam sektor alat kesehatan dan farmasi."
Selain tantangan ketergantungan impor alat kesehatan, Indonesia juga mempunyai tantangan dalam distribusi produk farmasi dan kesehatan. Distribusi memegang peranan penting dalam memperluas akses kesehatan yang merata di seluruh Indonesia.
Hal ini sangat krusial mengingat luasnya wilayah Indonesia dan tantangan geografis yang dihadapi. Dengan adanya kolaborasi yang kuat, kualitas layanan kesehatan dapat terjaga, sementara rantai pasok produk farmasi tetap stabil dan terjamin.
“Distribusi itu sangat penting, PT Medela Potentia melalui AAM, saat ini kita tidak hanya cover kota-kota besar tapi juga di kampung-kampung dari Aceh sampai Jayapura. Untuk mendistribusikan obat kami menggunakan standar untuk memastikan obat-obatan yang didistribusikan masih dalam kondisi yang baik, terjaga khasiat dan keamanannya,”Tegas Bapak Krestijanto Pandji.
“Saya yakin dengan berkolaborasi dalam bidang-bidang ini kemandirian kesehatan itu dapat kita ciptakan bersama,” tutup Bapak Krestijanto.
Pembangunan industri alat kesehatan juga dilakukan oleh PT Medela Potentia melalui anak usahanya PT Deca Metric Medica (DMM). DMM memproduksi alat kesehatan sterile and non-sterile wound dressing dan surgical supplies. Fasilitas industri alat kesehatan DMM diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI Bapak Budi Gunadi Sadikin di Kawasan Industri Jababeka, 21 Desember 2023 silam.